Monday, August 30, 2010

Romantis Banget

Ainun 100 Hari Wafat

2408 jam yang lalu Ainun diiringi Do'a telah pindah dengan tenang dan damai dari "Dimensi Alam Dunia" ke "Dimensi Alam Barzah".

Hanya jika kututup kedua mataku, wajah, mata dan senyuman yang selalu memukau dan kurindukan kulihat.

Jikalau mataku kubuka lagi, semuanya serentak hilang lenyap dan meninggalkan kekosongan jiwa, kecewa, sedih dan perih!

Dengan menutup kedua mataku, dapat kuraba, kupegang tanpa menyentuh AInun bahkan mendapat senyuman yang selalu kurindukan!

Jikalau mataku kubuka lagi, semuanya serentak hilang, lenyap dan meninggalkan kekosongan jiwa, kecewa, sedih dan perih!

Dengan menutup kedua mataku, kurayu dengan kata dan nada yang kami miliki dan kenal, tetapi tetap membisu, sunyi sepi!

Dimana Ainun? Bagaimana keadaan Ainun? Bagaimana mendapat kepastian mengenai Ainun yang selalu kurindukan sepanjang masa!

Bacharuddin Jusuf Habibie, 28.08.10. 06:30

WAKTU



Pulang, ketika mendengar kata 'Pulang' yang terlintas di benak saya adalah kembali ke suatu tempat yang sangat nyaman, tempat untuk memupuskan segala gundah gulana, tempat untuk melerai segala lelah, tempat di mana saya bisa menemukan semua yang saya butuhkan dalam hidup saya, tempat bersemayam kasih sayang, tempat beristirahat yang sangat tenang. Iya PULANG, siapa yang tak ingin pulang? anak kos pengin pulang, orang merantau pengin pulang, dan saya ingin pulang.

Jika pulang ke rumah dunia begitu indahnya, maka hati kecil saya bertanya-tanya, mengapa pulang ke rumah TUHAN begitu menakutkan bagi sebagian orang, dan bagi saya juga tentunya, padahal kepulangan kerumah TUHAN sudah pasti terjadi, suka nggak suka pasti pulang, harusnya begitu menyenangkan karena dengan pulang saya akan bertemu dengan pemilik napas saya, pasti INDAH … contoh saja ketika seorang karyawan sedang sibuk bekerja tiba-tiba bos beliau bilang “kamu, pulang gih istirahat” pasti bukan main senangnya karyawan tersebut, waktu sekolah begitu bel pulang berbunyi, senang sekali rasanya, lepas dari kepenatan iya kan? lalu kenapa ketika terpikir bahwa TUHAN yang akan meminta saya pulang, bulu kuduk saya langsung berdiri, TAKUT!!

Mungkin bukan pulangnya yang menakutkan tapi karena ketika saya pulang saya tahu bahwa saya akan dihisab, seperti Ayah saya yang sibuk menanyakan apa yang saya lakukan ketika berada di luar rumah? kemana saja saya pergi selama jauh dari rumah? sudah makan apa belum? pergi sama siapa saja? kalau saya melakukan yang baik baik, pasti Ayah saya akan sangat bahagia, bahwa selama di luar rumah saya menolong pemulung mencari makan, bahwa saya tadi melangkahkan kaki saya untuk beribadah, ke lembaga-lembaga menuntut ilmu, bahwa saya tidak melakukan hal hal yang Ayah saya larang, pasti saya nggak takut pulang dong, malah pengin cepet pulang, ketemu Ayah dan bisa duduk di teras dengan taman yang indah sambil berceloteh tentang hal-hal yang indah yang saya lakukan.

Sekarang bayangkan ketika saya pulang menghadap TUHAN, apakah saat TUHAN memanggil saya pulang saya sedang mengejar dunia atau ketika panggilan pulang itu datang ketika saya sedang mengejar akhirat?

Harusnya saya menyadari bahwa jadwal kepulangan saya sudah diatur oleh TUHAN, kapan dan di mana saya akan dipanggil pulang, hanya tidak diberitahukan pada saya kapan dan di mananya, karena kalau dikasih tahu nanti saya kaget, dan TUHAN maha menunjukan kebesaranNYA dengan menjadikan jadwal kepulangan manusia sebagai misteri, agar manusia menyadari bahwa TUHAN maha besar, saya hanya diberi tahu bahwa saya pasti pulang namun kapan dan dengan kendaraan apa saya pulang dirahasiakan oleh TUHAN.

Kapan berangkatnya saya memang tidak tahu karena jadwal kepulangan saya hanya TUHAN yang tahu, dan untuk kepulangan ini TUHAN memberi saya open ticket, iya open ticket itu bernama WAKTU, dan ini one way ticket bukan return ticket jadi waktu ini yang harus saya manfaatkan dengan cerdas, jangan mau jadi manusia yang bodoh dan mudah dibisikin setan hingga menjadi hamba setan untuk mengisi waktu dengan maksiat atau mau jadi hamba TUHAN, waktu kita mungkin gak lama lagi.

Kebayang nggak kalau saya dipangil pulang saat saya lagi berbuat maksiat, Ayah saya aja pasti ngamuk apalagi TUHAN.

Kembali ke soal ticket tadi, ketika jadwal itu menjadi misteri, yang bisa saya lakukan adalah mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, agar saya dapat pulang dengan kendaraan ber-AC, mendapat window seat, mendapat tempat duduk di kelas executive yang lega dan nggak umpel-umpelan, siapa yang nolak coba?

Iya, sekarang TUHAN masih memberi kita waktu kan? JANGAN sia-siakan. Perbaiki diri, jalankan perintah TUHAN dan jauhi laranganNYA, tugas kita hanya ini sebagai hamba, apa ada yang lain?

Intinya bagaimana mengisi waktu yang mungkin tidak lama lagi ini, ingat selalu apakah perbuatan saya ini perbuatan yang TUHAN perintahkan atau yang dilarangNYA? Hanya perlu bertanya pada hati nurani, satu bagian bernama qolbu ini tidak pernah bohong, salah ya salah benar ya benar.

Dan kini saya tahu bahwa ada satu yang tak akan pernah kembali, yaitu WAKTU!!

Sunday, August 15, 2010

Let It Go and Forget it!

Tadi malam aku iseng-iseng baca save-an chatku dengan beberapa teman. Ekspresi yang pertama kali muncul SANGAT KAGET. Nggak nyangka ya dulu aku seperti itu. Bisa-bisanya aku berbuat hal itu. Sebuah kesalahan terbesar yang mungkin pernah aku buat. Iya kali ya dulu aku nggak mikir panjang makanya sampai seperti itu. Sampai-sampai ada salah seorang teman yang bertanya, "kamu orangnya panasan ya?" iya juga ada benarnya temanku bertanya seperti itu mungkin dia berpikir, "kok bisa sih iwan itu begitu? nggak salah tuh?"

Sampai sekarang juga aku heran dengan perbuatanku yang waktu itu. Ditambah lagi baru-baru ini kok mau-maunya sih aku seperti itu? Tambah heran lagi aku. Sangat disesalkan sekali perbuatanku waktu itu.

Ketika beberapa minggu kemudian setelah 'keluar' dari lubang singa, berbagai komentar berdatangan melayang-layang dengan indahnya ke mukaku. "nah gitu dong wan. aku aja kaget kamu mau-maunya seperti itu" "waktu aku liat orang itu aku nggak sreg lho" "akhirnya wan" dan masih banyak lagi. Rasanya ketika mendengar komentar-komentar itu aku pengin loncat aja dari Novotel haha, iyalah malu banget rasanya ternyata selama waktu itu mereka berpendapat seperti itu.

Terima kasih ya teman-teman khususnya Ita yang sangat galak sekali kalau aku sudah cerita menyangkut soal hal itu :)